Ingatkah Anda serunya pengalaman menonton sebuah film di bioskop? Namun, entah kapan kita bisa merasakannya lagi. Kini, berbagai perubahan dilakukan untuk menjaga industri perfilman bertahan, dari membuat hingga menikmatinya. Padahal, pada 2019 lalu Indonesia menjadi pasar film terbesar kesepuluh di dunia, lho.
“Kalau untuk bikinnya, kita mulai beradaptasi. Kita memasukkan SOP kesehatan ke dalam proses pembuatan film. Meski hasilnya, naik 30 persen dari bujet biasanya. Kita disiplin ketika syuting agar enggak jadi cluster,” terang Gina S. Noer saat dihubungi NOVA baru-baru ini. Penulis skenario sekaligus produser ini bilang, sekarang syuting wajib punya orang yang bertugas sebagai Satgas Covid-19. Tugasnya memastikan protokol kesehatan ditaati. Selain itu, mereka pun melakukan tes corona untuk tiap orang sebelum syuting.
“Kita itu mau enggak mau harus tetap syuting meski belum ada vaksin. Kalau enggak, ya industrinya mandek. Kita sudah bergerak mandiri, tetapi ada beberapa hal yang memang jangkauannya di luar pembuat film. Makanya butuh bantuan pemerintah,” kata Gina. Maka itu, belum lama ini insan perfilman Indonesia telah menyampaikan surat terbuka untuk Bapak Presiden Joko Widodo. Salah satu permintaannya adalah bantuan untuk stimulus dari pemerintah melalui dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Pasalnya, pandemi corona membuat penurunan drastis bagi industri perfilman Indonesia. Betapa tidak, 90 persen pemasukan industri ini dari distribusi bioskop. “Kita butuh bantuan dana untuk terus menggerakkan roda industri, sembari menunggu penonton mau balik ke bioskop yang sudah menerapkan protokol kesehatan,” ujar Gina.