"Mama pilih kasih!"
Oke, satu hal yang perlu saya tegaskan di awal: Saya tidak pernah merasa jadi anak kesayangan Mama. Saya juga tidak pernah merasa kalau adik saya lah buah hati favoritnya. Bagi saya, kasih sayang Mama lebih dari cukup untuk dibagi buat kami berdua.
Tapi itu kata kuncinya: dibagi. Apa betul, ya, kasih sayang orangtua bisa dibagi? Seperti kue yang oleh chef atau baker andal pun, kalau dibelah dua dengan tangan pasti tidak presisi sama hasil baginya. Apa kita juga bisa membagi kasih sayang dengan sama rata, adil? Saya enggak berani jawab, Sahabat NOVA.
Perdebatannya bisa panjang kali lebar. Tapi yang saya yakini, alamiahnya kasih sayang orangtua itu lebih dari cukup untuk semua anaknya. Ujiannya jangan-jangan di perasaan si anak? Sama seperti satu cerita yang pernah saya dengar. Tentang sosok anak bungsu yang pergi menghambur-hamburkan harta bagiannya.
Saat jatuh miskin, dia menyesal dan memutuskan untuk pulang. Tak disangka, melihat sosok adik ini berjalan menuju rumah dari kejauhan, sang ayah berlari menyambut. Bahagia akan kedatangan anaknya, si ayah mengadakan pesta penyambutan dan memberikan kembali harta yang sudah dihambur-hamburkan.
Anak sulung alias si kakak yang melihat hal ini merasa kesal. Dia iri. Pikirnya, dia yang bersusah-susah dan selalu patuh, malah si adik bandel penghambur uang yang dibuatkan pesta. Jawaban ayahnya amat menarik.
Kira-kira begini: “Kenapa kamu merasa seperti ini? Kan, semua kepunyaan Ayah adalah kepunyaanmu.” Singkat, tapi menurut saya cukup mengena. Saya menangkap dari cerita ini bahwa segala hal yang dimiliki orangtuanya, adalah milik si anak juga. Semua kasih sayang yang dimiliki seorang ibu atau bapak untuk anak-anaknya, full 100% milik setiap anak.
Situasi kita sekarang mungkin tak sama dengan kisah di atas. Tapi problem pilih kasih atau anak kesayangan selalu ada dari dulu. Memasuki tahun yang baru, bagaimana kalau kita introspeksi sedikit tentang hal ini.
NOVA membahasnya bukan untuk menggurui atau menambah beban. Tapi dengan harapan kita sebagai orangtua (atau anak) bisa lebih paham dan bijak melihat situasi ini dari setiap sisi.
Salam hangat,
Indira Dhian Saraswaty