Tampilkan di aplikasi

Bukti mentjos, ramuan kuno menyintas metropolitan

Majalah Intisari - Edisi 740
30 April 2024

Majalah Intisari - Edisi 740

Bukan cuma meracik jamu yang butuh keahlian dan ketekunan. Mengelola sebuah kedai jamu sampai bisa bertahan lebih dari 70 tahun, tentu juga sebuah dedikasi tersendiri. Begitulah benang merah perjalanan sebuah kedai jamu yang bertahan karena kepercayaan pelanggan, bahkan sudah siap diteruskan oleh generasi keempatnya.

Intisari
Sederhana, bersih, dan hangat. Mungkin begitu kesan yang ada di benak, ketika pertama kali singgah di kedai Jamu Bukti Mentjos di bilangan Salemba Tengah, Jakarta Pusat ini. Sekilas, kedai ini nuansanya mirip seperti restoran-restoran tradisional yang sudah dikelola dengan manajemen modern.

Desain interior, pencahayaan, informasi, serta alunan musik yang selalu diputar, membuat kita betah berlama-lama di tempat ini. Akan tetapi, berbeda dengan kedai-kedai jamu yang muncul dengan penampilan ala kafe kekinian, kedai Jamu Bukti Mentjos konsepnya tetaplah kedai jamu tradisional. Jamu seduh tetap jadi menu utama. Kalaupun tersedia juga rawon, soto ayam, siomay, atau bakcang; sifatnya sekadar tambahan.

“Makanan karena ada permintaan dari pelanggan saja. Jenisnya juga masih ringan dan masih sesuai dengan jamu,” jelas Horatius Romuli, sang pemilik, soal positioning kedai jamunya di tengah pemunculan kedai-kedai jamu bernuansa modern di Jakarta.

Prinsip itulah yang membuat Romuli selalu berpesan kepada para stafnya agar jangan sampai kehabisan stok jamu. Jamu harus selalu ada karena dibutuhkan untuk kesehatan pelanggan yang datang. “Bubur atau soto boleh habis, tapi jamu tidak,” tegas pria kelahiran Jakarta, tahun 1959 ini.

Terbukti manjur. Hingga sampai di titik stabil pada hari ini, cerita perjalanan Jamu Bukti Mentjos tentunya cukup panjang. Semua berawal dari sosok sang perintis, Tan Som Nia atau Mammie Ong. Pada dekade 1940-an, Mammie Ong tinggal di daerah Singosaren, Solo. Karena rasa kepedulian yang tinggi kepada para tetangga yang sakit, ia sering mencoba meracik jamu-jamuan tradisional sebagai obat.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI