Pejabat Ada masa-masa di mana jadi anak pejabat di Indonesia itu melulu enak. Bergelimang kemewahan, punya aksesakses khusus di mana-mana, ikutan disegani dan dihormati serta otomatis punya banyak teman. Ya iyalah. Siapa juga nggak mau temenan sama anak pejabat. Di masa-masa itu juga, sayangnya, banyak anak pejabat yang kemudian blunder. Menyalahgunakan fasilitas-fasilitas itu untuk kepentingan diri dan segelintir kerabatnya. Dan melakukan hal-hal yang merugikan kepentingan lebih banyak orang demi diri dan konco-konconya.
Tapi itu dulu. Walau mungkin saja masih ada praktekpraktek kayak gitu, sekarang konon anak-anak pejabat lebih berhati-hati dalam berlaku. Bisa jadi karena memang ada perubahan cara pandang yang diajarkan oleh ortunya, dari yang tadinya pejabat itu adalah “raja kecil” menjadi “abdi/ pelayan rakyat”. Bisa juga karena saat ini makin banyak mata yang punya akses buat mengawasi perilaku dan tindak tanduk mereka, 24/7, dari luar sampai jeroan
Dengan semangat nggak berburuk sangka – halah. Macam jargon jadul gini ya? – sengaja di edisi ini dan beberapa edisi ke depan serta artikel di online dan beberapa medium di platform HAI lainnya, IG, Twitter, FB maupun Youtube, bakalan ditampilkan beberapa sosok anak pejabat. Ada anak bupati, walikota, gubernur, juga menteri dan presiden. Selain buat ngasih gambaran ke kamu enak nggak enaknya jadi anak pejabat, tema ini juga sebagai “pengingat” bagi para anak pejabat itu sendiri, bahwa bagaimanapun, kita-kita di sini masih setia mengamati perilaku mereka. Tentu bukan untuk mencaricari kesalahan. Tapi justru untuk meniru pemikiran dan langkah-langkah positif yang mereka lakukan sejauh ini. Ya kan?